Rabu, 01 Januari 2014

MEMAKNAI CINTA, PERSAHABATAN DAN MASA DEPAN DALAM PELANGI ITU INDAH



Judul buku            : Pelangi Itu Indah
Penulis                  :  Yoyon Indra Joni
Tahun terbit           : Februari 2013
Penerbit                :  Diva Press, Jogjakarta
Jumlah halaman     :  384 halaman
ISBN                    :  978-602-7665-55-2




MEMAKNAI CINTA, PERSAHABATAN DAN MASA DEPAN DALAM PELANGI ITU INDAH

Asrul dituntut segera wisuda oleh neneknya. Tuntutan itu membuatnya hengkang dari grup band Excellent yang didirikannya. Anehnya, band tersebut justru makin bersinar setelah ditinggalkannya dan berganti nama menjadi Rambun Pamenan.
Selama kuliyah Asrul tidak pernah membuka hati pada wanita. Dia masih dibayang-bayangi Laura, kekasihnya semasa SMA. Tetapi di luar kendalinya dia malah ditaksir Dian yang menjadi incaran sahabatnya, Awal. Hal ini membuat persahabatan Asrul dan Awal menjadi kurang harmonis.
Dalam situasi demikian, Ikal yang baru lulus S1 Biologi di UGM datang ke Padang. Bersama Asrul, Awal, Rizal, dia membuka Bimbingan Belajar (Bimbel) Prima Intelektual Muda.
Semenjak awal berdirinya bimbel, ujian demi ujian tidak berhenti mendatangi mereka. Hari pertama pembukaan bimbel gagal (padahal sudah mengundang band Rambun Pemenan yang sedang top) karena demo. Hari berikutnya Asrul dan kawan-kawan malah masuk penjara. Hingga akhirnya bimbel itu harus menyerah pada keadaan ketika gema melanda. Bangunannya roboh. Dan mereka tidak memiliki dana lagi untuk membangunnya.
Sementara itu Dian semakin terang-terangan menunjukkan rasa sukanya pada Asrul. Sedangkan Asrul malah tertarik pada Wulan, teman Dian.
Pada akhirnya Asrul, Awal dan Rizal menjadi guru berkat AKTA IV mereka. Sedangkan Ikal yang terang-terangan menolak S-2 ke luar negeri demi mengabdi pada negeri sendiri membuka ladang gambir di kampungnya.
Tema yang diangkat novel ini sebenarnya menarik. Hanya saja konfliknya tidak tajam. Cinta masa lalu yang dikatakan membelenggu Asrul juga tidak jelas gambarannya. Tokoh-tokoh orang dalam novel ini hanya mengungkapkan kalau Asrul adalah orang yang berdarah-darah karena cinta tersebut. Bahkan sang cinta lama tersebut baru diungkapkan pada bab 10. Namanya Laura.
“Ya, dia sudah menikah. Aku ulangi lagi. Laura sudah menikah.kini, ia sudah di Belanda. Jangan salahkan siapa-siapa. Artinya, ia bukan jodohmu...” (hal. 191)
Selain Laura, ada nama Rena yang saya temukan sebanyak tiga kali dalam novel ini. Saya menebak, Rena juga masa lalu Asrul. Tak ada penjelasan dan gambaran pasti tentangnya.
Rena hadir dalam kilasan-kilasan ini;
Kemudian, perhitungan lain yang fatal adalah aku terlalau larut dalam pikiran akan hilangnya seseorang yang sudah mengubah makna cinta itu, Rena. Sehingga aku tidak berdaya. (hal. 231)
Aku tidak akan mengulangi kesalahan yang sama. Dulu, bertahun-tahun berlalu, aku larut dalam bentuk kesalahan yang hampir sama. Aku tidak tegas. Rena. Itulah kesalahanku. (hal. 339)
Hal yang agak mengganggu saya dari novel ini adalah adanya pengulangan-pengulangan kalimat. Pernyataan bahwa Asrul tengah berdarah-darah karena cinta lama sangat mudah ditemui. Diungkapkan dengan susunan kata yang nyaris sama. Kalimat ini seperti kalimat wajib dalam percakapan tokoh-tokohnya. Dalam novel ini juga banyak devinisi cinta versi masing-masing tokoh yang diuraikan dengan panjang lebar. Selain itu, Asrul cs sepakat menolak seorang calon siswa bimbel yang bernama Mardian Shaliha. Alasannya karena Awal sangat sensitif dengan segala hal berbau ‘Dian’. Menurut saya ini berlebihan mengingat mereka adalah kaum intelek dan butuh siswa untuk bimbel yang baru didirikan.
Yang membuat saya mengacungkan jempol pada novel karangan Yoyon Indra Joni ini adalah semangat dan perjuangan Asrul cs untuk mempertahankan bimbel. Ikal menjadi tukang ampelas besi dari pagi sampai petang. Asrul mengajar di tempat yang cukup jauh dari kos mereka. Awal menjadi tukang cuci piring. Penghasilannya mereka gunakan untuk membiayai bimbel Prima Intelektual Muda.***

Ket: telah dimuat di Majalah Sagang, Desember 2013 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar