Kamis, 20 November 2014

Ranting Patah Rieca: Membaca Kepolosan Seorang Bidan

Judul buku           :    Ranting Patah Rieca
Penulis                 :    Lusi Septy RS
Tahun terbit          :   Juli 2014   
Penerbit               :    Pustaka Nusantara
Jumlah halaman    :   150  halaman
ISBN                   :    978-602-7645-36-3


 

Oleh : Zurnila Emhar Ch

Cinta memang tak bisa ditebak. Ketika ditunggu-tunggu tak kunjung datang, ketika lupa dia menyapa. Ada yang bertahan. Ada pula yang pergi begitu saja.

Novel ini mengisahkan romansa Rieca, seorang bidan dan pemilik toko online. Setelah lulus SMA, Rieca ingin melanjutkan sekolahnya di sekolah kebidanan di Malang. Namun keinginannya ditentang orangtuanya. Ibunya justru mengirimnya ke sekolah kebidanan di Mojokerto. Kabar kelulusannya di kampus itu tidak menjadi kabar gembira baginya. Rieca menjalankan aktivitasnya di kampus dengan separuh hati.

Kehidupan di kost pun tidak memberi ketenangan padanya. Jika di kampus, Rieca kerap ditertawakan teman-temannya karena keasal-asalannya maka di kost dia kerap digoda karena jomblo. Ini situasi yang paling menyakitkan baginya. Melewati malam minggu sendirian ketika hampir semua teman-teman sekostnya keluar bersama pasangannya.

Namun ketidaknyaman tersebut tidak berlangsung lama. Setelah diperkenalkan Febri kepada Fahri, hari-hari Rieca menjadi indah. Walau baru berkomunikasi lewat handphone semangat Rieca menjadikan hari-harinya berubah 180 derajat.

Pelajaran kebidanan disimaknya dengan suka cita, menyambut kelahiran bayi-bayi mungil tidak lagi membuatnya gugup. Kampus dan RSUD tempatnya praktek seperti berubah menjadi taman bunga yang indah.

Ketika diajak Fahri bertemu untuk pertama kalinya Rieca malah berpikir untuk mengeritingkan rambut, luluran dan memakai bulu mata palsu. Dan semua itu tidak jadi dilakukannya atas saran Febri yang memintanya untuk tampil alami. Walau begitu, Rieca memiliki pembenaran atas tindakannya. Cinta memang gila. Tapi, dalam cinta, hal-hal gila selalu menemukan kewajarannya. (hal.54)

Setelah pertemuan pertama tokoh utama, alur novel ini berjalan seputar romansa keduanya dalam bentuk khayalan Rieca, atau percakapan-percakapan mereka di ponsel. Percakapan-percakapan pendek yang sering berakhir dengan salah paham.

Sampai suatu saat Rieca mendapat telpon dari ibu Fahri yang memintanya datang ke rumah. Ibu Fahri ingin berkenalan dengannya. Rieca memenuhi undangan ibu Fahri untuk datang dan menginap.

Di sana, Rieca menerima telpon dari seorang perempuan yang mencoba menghubungi Fahri. Perempuan tersebut langsung menutup percakapan ketika Rieca menyebut dirinya pacar Fahri. Kecurigaan Rieca membawanya memeriksa daftar pesan dan MMS di ponsel lelaki yang membuatnya tergila-gila itu. Dalam salah satu MMS itu dia menemukan photo Fahri dengan perempuan lain. Seketika Rieca meminta pulang. Rencana menginap pun batal.

Ending novel ini mengantung. Setelah kejadian di rumah Fahri, hubungan keduanya memang sempat membaik. Fahri minta maaf. Rieca mengampuni karena terlanjur sayang. Aku mendengar nada kesungguhan dari suara Fahri. Hari ini dia memang memporak-porandakan hatiku. Tapi malam ini, dia kemabali menyembuhkan. (hal.117)

Namun bukan berarti hubungan mereka kembali seperti sedia kala. Tidak ada lagi  percakapan-percakapan seperti sebelumnya. Padahal pada calon ibu mertuanya Rieca telah menyatakan mantap menerima Fahri apa adanya. Tapi pada hari wisudanya, kehadiran Fahri tidak disinggung sama sekali.

Novel ini ditutup dengan usaha Rieca membangun bisnis onlinenya sebagai pelarian dari kegalauannya terhadap status hubungannya. Rieca mendirikan toko online Fahrica yang menjual jilbab-jilbab yang didesain sendiri setelah sebelumnya menjadi reseller beberapa produk.

Membaca novel ini serasa membaca diary remaja. Begitu polos sekaligus konyol. Rieca yang digambarkan sebagai sosok yang mudah jatuh cinta, mudah ge-er, juga mudah salah paham dan Fahri yang cuek sebenarnya sangat berpotensi menjadikan karangan ini bergenre komedi romantis. Tapi, tampaknya penulis ingin menulis novel ‘serius’. Jadilah dengan watak tokoh-tokoh utama yang demikian, perselisihan paham mudah ditemui dan berakhir tanpa kejelasan.

Hal yang mengganggu kisah ini adalah tidak adanya penjelasan tentang Fahri. Laki-laki itu bekerja di Jakarta. Ibunya tinggal di Mojokerto. Namun tidak digambarkan seperti apa pekerjaannya.

Selain itu, cara penceritaan novel ini seperti dibagi atas beberapa bagian padahal tidak demikian. Hanya saja, di bab-bab awal, Rieca fokus menceritakan ketidaknyamannya tinggal dan sekolah di Mojokerto. Serta praktek-praktek kebidanannya. Lalu, begitu dikenalkan Febri kepada Fahri, alur novel dikuasai oleh percakapan-percakapan mereka di ponsel beserta khayalan-khayalan Rieca tentang cinta. Dan sekembali dari rumah Fahri, Rieca kembali kembali ke dunia bidannya. Rieca membantu persalinan demi persalinan.

Dan setelah ditawari belanja online oleh teman kerjanya, Rieca bersemangat memulai usaha yang sama. Sampai terbentuklah toko online Fahrica. Pada bab ini Fahri hanya berkelindan dalam angan dan percakapan Rieca dengan ibunya. Hubungan mereka makin tak jelas. Komunikasi sudah tak lancar. Dan Rieca tidak lagi merindukannya. Bagi saya, seperti ada yang rumpang dalam alurnya. Namun semangat Rieca dalam survive dan membangun bisnisnya patut diacungi jempol dan layak ditiru.***

14 Oktober 2014

Dimuat di tubuhjendela.com edisi November 2014
http://tubuhjendela.com/membaca-kepolosan-seorang-bidan/





Tidak ada komentar:

Posting Komentar