Selasa, 27 Januari 2015

The Chocolate Thief: Upaya Mengenali Diri dalam Manisnya Cokelat



                                      Judul buku            :  The Chocolate Thief (Mencarimu di Antara  Seribu Coklat)
Penulis                  :  Laura Florand
Tahun terbit           : Cetakan Keenam, Februari 2014          
Penerbit                :  Bentang
Jumlah halaman     :  414  halaman
ISBN                   :  978-602-7888-31-9




Oleh : Zurnila Emhar Ch


Paris—fashion, romantis, dan cokelat. Namun, tidak untuk wanita Amerika sepertiku. Aku sudah tidak tahan lagi berjalan (sok) anggun dengan high heels ini. Menurutku, Paris juga bukan kota teromantis di dunia. Dan tolong catat, semua ini berawal dari Sylvain Marquis yang dengan sombongnya menolakku untuk bekerja sama.
Oh, God! Apa dia tidak mengenaliku? Aku ini Cade Corey, pewaris tahta Corey Chocolate, perusahaan cokelat terbesar di Amerika. Oke, lihat saja... Memang dia satu-satunya pembuat cokelat terbaik di dunia ini?
***
Begitulah kalimat-kalimat yang terdapat di blurb novel karangan Laura Florand ini. Diceritakan bahwa Cade Corey mendatangi Paris untuk mengajak Sylvain Marquis bekerja sama untuk sebuah produk di lini baru perusahaan keluarga Corey. Namun, tawaran itu ditolak mentah-mentah oleh Sylvain dengan cara yang kasar.  
Penolak itu membawa Cade pada Dominique Richard. Namun lelaki yang sama sekali tidak menarik itu juga menolak gagasan Cade. Karena hal tersebut, jadilah gadis itu berkelana di Paris, mendatangi para pembuat coklat lainnya dan menawarkan hal yang sama. Tapi hasilnya tetap nihil.
Padahal untuk mendapatkan kerja sama yang diimpikannya dengan pembuat cokelat di Paris, Cade telah melakukan kursus bahasa Prancis. Dan Sylvain adalah orang pertama yang ada dalam daftarnya. Sekaligus yang pertama menolaknya.
Sylvain Marquis merupakan seorang pembuat cokelat terkenal di Paris. Perawakannya yang tinggi, gagah dan wajah tampannya ikut mendukung pesonanya. Sylvain menghabiskan waktunya sehari-hari di atelier (ruang kerja)-nya. Di sana dia mengolah coklat, memadu-padankan rasa dan menjual hasil kreasinya.
Dan Cade merupakan generasi ke sekian dari keluarga pemilik perusahaan cokelat terkenal di Amerika. Tujuan kedatangannya ke Paris untuk menggaet pembuat cokelat terkenal untuk membuat produk baru dalam lini baru perusahaannya ini didukung sepenuhnya oleh kakeknya, Jack Corey.
Keluarga Corey memiliki sekitar 30% perkebunan kakao di seluruh dunia. Mereka mendanai institusi, satu-satunya yang berdiri di antara chocolatier. Keluarga Corey juga terkenal karena memimpin gerakan untuk meningkatkan kesejahteraan para pekerja di perkebunan kakao.
Sejak lahir Cade telah ditakdirkan untuk mewarisi kekayaan keluarganya. Dan melanjutkan bisnis tersebut. Apalagi saudaranya sama sekali tidak tertarik pada usaha turunan ini.
Berbeda dengan Cade, Sylvain telah melewati jalan berliku untuk sampai di posisinya sekarang. Menghabiskan masa remajanya sebagai sosok yang pemalu dan kerap diremehkan membuat Sylvain ingin menjadi sosok yang ‘diinginkan’. Bermula dari perlakukan tidak menyenangkan dari teman-teman perempuannya semasa sekolah yang kerap memanfaatkannya, Sylvain mulai tertarik pada cokelat. Menurutnya hanya cokelat yang bisa membuat perempuan takluk padanya.
Ketertarikan tersebut membawanya pada berbagai percobaan demi percobaan untuk menghasilkan cokelat terbaik. Dan di usia tiga puluh tahun, Sylvain telah menjelma pembuat cokelat terbaik di Paris.
Sepanjang alurnya, pembaca disuguhi dengan aroma cokelat, nama-nama cokelat dan campuran-campurannya. Cerita ini makin menarik sejak Cade tergoda untuk menyuap seorang wanita yang hendak mengikuti workshop Sylvain di atelier-nya untuk bertukar tempat dengannya. Untuk mendapatkan posisi itu, Cade harus membayar mahal. Sebuah cek dengan nominal kurang lebih dua belas ribu dolar dan beban tujuh puluh lima ribu di kartu kreditnya. Ya, Cade telah menyerahkan kartu kreditnya untuk digunakan seharian oleh Maggie Saunders yang bertukar tempat dengannya. (hal.120)
Namun, ternyata Sylvain mengenali Cade dengan penyamarannya dan tidak mengizinkannya mengikuti sesi setelah makan siang.
Penghinaan yang diterimanya membuat Cade memata-matai atelier Sylvain. Dari rekaman kamera dan teropongnya, Cade bisa mengetahui kode akses pintu toko dan atelier tersebut. Sejak itu, mulailah Cade menyelinap tiap malam ke ruang kerja Sylvain.
Pada akhirnya kelakuan Cade membuat namanya dan nama Sylvain muncul di web New York Times dengan judul artikel All’s Fair in Love and Chocolate? Artikel tersebut menyatakan Cade Corey telah mencuri resep cokelat Sylvain Marquis. (hal.183)
Menariknya, ketika nama Cade terekspos, Sylvain justru merasa simpati padanya. Laki-laki itu selalu berusaha melindungi Cade. Membuat gadis itu merasa nyaman.
Pertemuan-pertemuan mereka berikutnya justru makin mendekatkan mereka berdua. Ketertarikan Cade pada dirinya membuat Sylvain luluh. Belum pernah dia menemukan perempuan yang tertarik pada dirinya. Kebanyakan mereka mendekatinya hanya karena tertarik pada cokelat.
Hubungan yang terjalin tanpa nama tersebut pun mengiring Cade pada tujuan hidupnya. Dia mulai mencari tahu apa sebenarnya yang diinginkannya dalam hidupnya. Sekadar meneruskan bisnis keluarga atau membangun sebuah keluarga.
Sedangkan, bagi Sylvain kedekatan mereka adalah keberuntungannya, sekaligus luka yang akan siap untuk menganga, seandainya Cade kembali ke Amerika.
“Keberuntunganku adalah dari semua orang yang masuk ke toko cokelatku, kau yang masuk ke dalam hidupku. Kau.” (Hal.397)
Tokoh-tokoh yang dihadirkan Laura dalam novel ini memiliki karakter yang kuat. Terkadang pembaca bisa ikut jengkel dengan kesombongan Sylvain, namun pada waktu yang hampir bersamaan Sylvain akan muncul dengan manis. Begitu pula dengan Cade, sosok yang begitu feminim, manis bisa menjadi ‘gagah’ karena rasa tanggung jawabnya terhadap perusahaannya.
Selain membagikan pengetahuan tentang cokelat, novel ini juga berhasil membangun suasana romantis. Seperti cokelat Amour-nya Sylvain yang pahit, hitam namun kaya rasa dan meleleh lembut, novel ini pun bisa membuat pembacanya ‘meleleh’. ***
Desember 2014
*Dimuat di Koran Singgalang, Ahad, 25 Januari 2015


2 komentar:

  1. Temanya (cokelat dan Paris) menarik, mbak. Jadi pingin baca! :D

    BalasHapus
  2. jadi membayangkan rasa coklatnya nih, pasti enak banget ;D

    BalasHapus