Sabtu, 17 Januari 2015

Fixiano: Bentuk Nyata Imajinasi Seorang Anak



Awal tahun ini saya dikirimi sebuah buku oleh seorang ibu (beliau adalah Bunda Leni, ibunya penulis) yang berada satu grup dengan saya di IIDN (Ibu-Ibu Doyan Nulis). Sebuah buku yang luar biasa. Rasanya tidak berlebihan saya mengatakannya luar biasa. Mulai dari penampilan buku berwarna biru dongker dengan gambar naga merah berkepala dua dan awan biru yang menyanyi telah membuat saya penasaran.

Dan setelah membaca cerita pertamanya yang berjudul The Watermelon Bell, saya tidak bisa meninggalkan buku ini untuk dilanjutkan membacanya nanti atau besok. Cerita pertama tersebut telah berhasil membuat saya penasaran dengan cerita berikutnya. Dan buku ini tidak mengecewakan.

Buku ini ditulis oleh seorang siswa kelas enam SD dan berusia sebelas tahun. Tapi keberagaman tema dan teknik penceritaan menunjukkan penulisnya sudah mumpuni untuk usianya.

Setelah membaca buku ini, saya segera meresensinya. Setelah diendapkan dan diedit lagi, resensi tersebut telah saya kirimkan ke sebuah media cetak. Tolong doakan dimuat ya... :)

Nah, sambil menunggu resensi itu -semoga- dimuat, saya mencoba menulis ulasan tentang buku tersebut. Niat saya sih belajar menulis review, entah ini sudah benar, entah belum. Setelah membaca tulisan ini silakan tinggalakan komentar dan masukan ya. Dan jangan lupa beli buku ini. Insya Allah gak bakalan rugi. :)
=====

Judul buku            :  Fixiano
Penulis                  :  Gabriel Fabiano
Tahun terbit           : Oktober 2014
Penerbit                :  Sinotif Publishing
Jumlah halaman     : 131 halaman
ISBN                    : 978-18733-8-3
 

Siapa yang bisa menyangkal bahwa masa kanak-kanak adalah masa penuh imajinasi? Tidak ada! Memang begitulah adanya. Pada masa tersebut setiap orang  pasti pernah mengkhayalkan hal-hal yang tidak masuk akal. Semisal ingin jadi tokoh hero tertentu dan bisa terbang. Atau ingin berada di suatu tempat dalam sekejap.

Ya, dunia anak-anak adalah dunia tanpa batas. Dunia yang merdeka untuk berimajinasi. Setiap anak berhak dan sah-sah saja memikirkan hal termustahil apapun. Kemudian kemustahilan tersebut diceritakan kepada teman-temannya. Lalu mereka saling menimpali. Semua itu hanya bisa dilakukan dengan berimajinasi.

Jika kebanyakan anak-anak di sekitar kita berharap bisa punya kantong ajaib Doraemon atau berteman dengan Spiderman, maka Gabriel Fabiano berbeda. Ian, begitu dia biasa dipanggil, mengkhayalkan sesuatu yang lebih imajinatif dari itu.

Ian tidak berandai-andai dengan tokoh-tokoh yang ada di televisi, tetapi dia menciptakan sendiri tokohnya. Ian menguraikan kisah yang lebih rumit dengan tokoh dan konflik-konfliknya. Namun ceritanya begitu hidup. Semua imajinasinya tersebut dituangkan dalam buku berjudul FIXIANO (Kumpulan Cerita Ian).

Buku ini memuat 15 judul cerita - yang menurut saya luar biasa karena anak-anak seusianya sekarang justru disibukkan dengan main games di hape dan komputer - dengan beragam tema. Semua cerita disajikan dengan menarik. Plot dan alurnya patut diacungi jempol.

Salah satunya adalah cerita berjudul Eugene.

Eugene menunggang Lee, si nyamuk raksasa


Eugene adalah seorang anak perempuan yang menyukai keindahan. Sebelum dia tidur di suatu hari, dia berharap mendapat mimpi yang indah. Dan tak lama setelah dia tidur dia merasa berada di dunia yang baru. Tempat itu bernama Dreamrest.

Di sana ada apel berwarna ungu yang jika dimakan bisa membuat sebagian anggota tubuhnya tidak terlihat. Di tempat itu Eugene berpetualang dengan seekor nyamuk raksasa. Mereka menemukan sebuah sungai yang biasanya jernih telah berubah keruh. Rupanya itu disebabkan pepohononan yang menangis. Air mata pohon-pohon tersebut berupa getah menetes ke sungai. Hal itu bisa membuat buah Maizelle (buah terenak yang pernah ada) menjadi busuk.

Mereka berdua pun membantu pepohonan untuk menemukan awan pupuk yang disandera oleh pasukan gerhana matahari. Selama perjalanan itu Eugene mengambil sebuah kartu bergambar Ratu Diamond yang beterbangan. Dan dia menyimpannya di saku bajunya.

Setelah Eugene dan nyamuk raksasa berhasil membantu pepohonan sehingga air sungai pun jadi bersih kembali, mereka pun memakan buah Maizelle.  Namun, setelah menggigit buah tersebut, Eugene terbangun dari mimpinya. Dia kembali ke dunia yang sebenarnya. Dan di dalam sakunya ditemukan sebuah kartu bergambar Ratu Diamond.

Selain tema petualangan, Ian juga menulis tema persahabatan, kejujuran, perjuangan dan cinta kasih. Tema-tema itu bisa ditemukan pada cerita Dance of the Piggy. Cerita ini mengisahkan tentang seekor babi gemuk yang ingin pandai menari. Walaupun berulang kali gagal, Piggy tidak menyerah. Pada akhirnya, berkat kegigihannya, Piggy berhasil menjadi juara lomba dansa dan menjadi terkenal.

Ilustrasi cerita Dance of the Piggy


Tokoh-tokoh yang digunakan Ian dalam ceritanya pun tidak melulu manusia atau binatang, tapi juga sandal jepit, kaca rias, selendang, headphone, parfum dan gula-gula kapas.
 
Ini dia Stella, si sandal jepit dan kawan-kawan

Begitupun dengan ending cerita, Ian tidak menuliskan happy ending untuk semua ceritanya. Ada Kanga, si beruang yang tidak memiliki kantong, yang terbunuh saat menyelamatkan anaknya di pulau yang dikuasai musang. Juga ada Shendor, seorang pemimpin pasukan ksatria di kerajaan Plutonius, di bawah lautan Atlantik. Shendor gugur ketika menyelamatkan Raja Heron dari tentakel kraken (cumi-cumi raksasa).   
Shenna dan Shellon (istri dan anak Shendor) melawan kraken


Dan yang membuat buku ini makin menarik dibaca adalah ilustrasi yang berwarna-warni yang menghiasi setiap judul cerita. Kertas yang digunakan buku ini juga turut membuat kesan mewah.

Disamping itu, di setiap akhir cerita selalu ada Pesan dari Ian, seperti "Yang terpenting adalah usaha dan kerja keras kita... Pantang menyerah, maka kita akan berhasil..."

Buku kumpulan cerita yang diterbitkan Sinotif Publishing ini layak untuk dibaca orang tua guna melatih daya imajinasi anak-anaknya. Apalagi dibaca langsung oleh anak-anak. Mudah-mudahan kehadiran buku ini bisa membantu anak-anak Indonesia untuk terampil mengarang ataupun mendongeng.***

2 komentar: