Judul buku : The Chocolate Thief (Mencarimu di Antara Seribu Coklat)
Penulis : Laura Florand
Tahun terbit : Cetakan Keenam, Februari 2014
Penerbit : Bentang
Jumlah halaman : 414 halaman
ISBN : 978-602-7888-31-9
Oleh : Zurnila
Emhar Ch
Paris—fashion, romantis, dan cokelat. Namun,
tidak untuk wanita Amerika sepertiku. Aku sudah tidak tahan lagi berjalan (sok)
anggun dengan high heels ini.
Menurutku, Paris juga bukan kota teromantis di dunia. Dan tolong catat, semua
ini berawal dari Sylvain Marquis yang dengan sombongnya menolakku untuk bekerja
sama.
Oh, God! Apa
dia tidak mengenaliku? Aku ini Cade Corey, pewaris tahta Corey Chocolate,
perusahaan cokelat terbesar di Amerika. Oke, lihat saja... Memang dia
satu-satunya pembuat cokelat terbaik di dunia ini?
***
Begitulah
kalimat-kalimat yang terdapat di blurb
novel karangan Laura Florand ini. Diceritakan bahwa Cade Corey mendatangi Paris
untuk mengajak Sylvain Marquis bekerja sama untuk sebuah produk di lini baru
perusahaan keluarga Corey. Namun, tawaran itu ditolak mentah-mentah oleh
Sylvain dengan cara yang kasar.
Penolak itu membawa
Cade pada Dominique Richard. Namun lelaki yang sama sekali tidak menarik itu
juga menolak gagasan Cade. Karena hal tersebut, jadilah gadis itu berkelana di
Paris, mendatangi para pembuat coklat lainnya dan menawarkan hal yang sama.
Tapi hasilnya tetap nihil.
Padahal untuk
mendapatkan kerja sama yang diimpikannya dengan pembuat cokelat di Paris, Cade
telah melakukan kursus bahasa Prancis. Dan Sylvain adalah orang pertama yang
ada dalam daftarnya. Sekaligus yang pertama menolaknya.
Sylvain Marquis
merupakan seorang pembuat cokelat terkenal di Paris. Perawakannya yang tinggi,
gagah dan wajah tampannya ikut mendukung pesonanya. Sylvain menghabiskan
waktunya sehari-hari di atelier (ruang
kerja)-nya. Di sana dia mengolah
coklat, memadu-padankan rasa dan menjual hasil kreasinya.
Dan Cade merupakan
generasi ke sekian dari keluarga pemilik perusahaan cokelat terkenal di
Amerika. Tujuan kedatangannya ke Paris untuk menggaet pembuat cokelat terkenal
untuk membuat produk baru dalam lini baru perusahaannya ini didukung sepenuhnya
oleh kakeknya, Jack Corey.
Keluarga Corey
memiliki sekitar 30% perkebunan kakao di seluruh dunia. Mereka mendanai
institusi, satu-satunya yang berdiri di antara chocolatier. Keluarga Corey juga terkenal karena memimpin gerakan
untuk meningkatkan kesejahteraan para pekerja di perkebunan kakao.
Sejak lahir Cade
telah ditakdirkan untuk mewarisi kekayaan keluarganya. Dan melanjutkan bisnis
tersebut. Apalagi saudaranya sama sekali tidak tertarik pada usaha turunan ini.
Berbeda dengan
Cade, Sylvain telah melewati jalan berliku untuk sampai di posisinya sekarang. Menghabiskan
masa remajanya sebagai sosok yang pemalu dan kerap diremehkan membuat Sylvain
ingin menjadi sosok yang ‘diinginkan’. Bermula dari perlakukan tidak
menyenangkan dari teman-teman perempuannya semasa sekolah yang kerap
memanfaatkannya, Sylvain mulai tertarik pada cokelat. Menurutnya hanya cokelat
yang bisa membuat perempuan takluk padanya.
Ketertarikan
tersebut membawanya pada berbagai percobaan demi percobaan untuk menghasilkan
cokelat terbaik. Dan di usia tiga puluh tahun, Sylvain telah menjelma pembuat
cokelat terbaik di Paris.
Sepanjang
alurnya, pembaca disuguhi dengan aroma cokelat, nama-nama cokelat dan
campuran-campurannya. Cerita ini makin menarik sejak Cade tergoda untuk menyuap
seorang wanita yang hendak mengikuti workshop
Sylvain di atelier-nya untuk bertukar
tempat dengannya. Untuk mendapatkan posisi itu, Cade harus membayar mahal. Sebuah
cek dengan nominal kurang lebih dua belas ribu dolar dan beban tujuh puluh lima
ribu di kartu kreditnya. Ya, Cade telah menyerahkan kartu kreditnya untuk
digunakan seharian oleh Maggie Saunders yang bertukar tempat dengannya. (hal.120)
Namun, ternyata
Sylvain mengenali Cade dengan penyamarannya dan tidak mengizinkannya mengikuti
sesi setelah makan siang.
Penghinaan yang
diterimanya membuat Cade memata-matai atelier
Sylvain. Dari rekaman kamera dan teropongnya, Cade bisa mengetahui kode akses
pintu toko dan atelier tersebut. Sejak
itu, mulailah Cade menyelinap tiap malam ke ruang kerja Sylvain.
Pada akhirnya
kelakuan Cade membuat namanya dan nama Sylvain muncul di web New York Times dengan judul artikel All’s
Fair in Love and Chocolate? Artikel tersebut menyatakan Cade Corey telah
mencuri resep cokelat Sylvain Marquis. (hal.183)
Menariknya, ketika
nama Cade terekspos, Sylvain justru merasa simpati padanya. Laki-laki itu selalu
berusaha melindungi Cade. Membuat gadis itu merasa nyaman.
Pertemuan-pertemuan
mereka berikutnya justru makin mendekatkan mereka berdua. Ketertarikan Cade
pada dirinya membuat Sylvain luluh. Belum pernah dia menemukan perempuan yang
tertarik pada dirinya. Kebanyakan mereka mendekatinya hanya karena tertarik
pada cokelat.
Hubungan yang
terjalin tanpa nama tersebut pun mengiring Cade pada tujuan hidupnya. Dia mulai
mencari tahu apa sebenarnya yang diinginkannya dalam hidupnya. Sekadar
meneruskan bisnis keluarga atau membangun sebuah keluarga.
Sedangkan, bagi
Sylvain kedekatan mereka adalah keberuntungannya, sekaligus luka yang akan siap
untuk menganga, seandainya Cade kembali ke Amerika.
“Keberuntunganku adalah dari semua orang yang masuk ke
toko cokelatku, kau yang masuk ke dalam hidupku. Kau.” (Hal.397)
Tokoh-tokoh yang
dihadirkan Laura dalam novel ini memiliki karakter yang kuat. Terkadang pembaca
bisa ikut jengkel dengan kesombongan Sylvain, namun pada waktu yang hampir
bersamaan Sylvain akan muncul dengan manis. Begitu pula dengan Cade, sosok yang
begitu feminim, manis bisa menjadi ‘gagah’ karena rasa tanggung jawabnya
terhadap perusahaannya.
Selain membagikan
pengetahuan tentang cokelat, novel ini juga berhasil membangun suasana romantis.
Seperti cokelat Amour-nya Sylvain yang pahit, hitam namun kaya rasa dan meleleh
lembut, novel ini pun bisa membuat pembacanya ‘meleleh’. ***
Desember 2014
*Dimuat di Koran Singgalang, Ahad, 25 Januari 2015