Kamis, 01 Agustus 2013

ORANG-ORANG YANG TERPENJARA DALAM KESEPIAN



Rahasia Selma: Kumpulan CeritaJudul buku          :           Rahasia Selma
Penulis                :           Linda Christanty
Tahun terbit         :           April 2010
Penerbit              :           Gramedia, Jakarta
Jumlah halaman   :           118 halaman
     
      



      TENTANG ORANG-ORANG YANG TERPENJARA DALAM KESEPIAN
     
Satu lagi buku yang lahir dari tangan Linda Cristanty. Setelah buku pertamanya, Kuda Terbang Maria Pinto, mendapat anugrah Khatulistiwa Literaty Award 2004, Linda meluncurkan kumcernya yang berjudul Rahasia Selma. Buku ini berisi sebelas buah cerpen. Hampir semua cerpen yang disatukan dalam buku ini pernah diterbitkan di media-media nasional.
Tulisan-tulisan dalam buku ini terasa lebih berbau perempuan ketimbang Kuda Terbang Maria Pinto. Rata-rata  tokoh yang digunakan adalah perempuan. Lihat saja cerpen Pohon Kersen, Menunggu Ibu, Kupu-Kupu Merah Jambu, Mercusuar, Rahasia Selma, Kesedihan, Jazirah di Utara dan Babe. Pada Para Pencerita pun sosok laki-laki hanya tampil sebagai pengisah. Dalam Drama dan Ingatan barulah bercerita tentang laki-laki.
 Cerpen Menunggu Ibu menceritakan tentang Pia yang harus mengurus ibunya yang mengalami gangguan jiwa. Pia adalah sosok yang kesepian. Ia senantiasa merindukan teman. Ia pernah ingin membawa teman-temannya nginap di rumah tapi takut teman-temannya dicekik ibu. Seperti Fatma, pembantu mereka yang pernah dicekik ibu. Juga bebek tetangga sekarat karena dicekik ibu.
 Dulu Pia tinggal bersama ibu dan Ena, adiknya. Namun setelah ibu menghilang dan pulang dalam keadaan awut-awutan, Ena tinggal bersama Om Mus, kakak ibu. Mereka hanya bertemu sekali seminggu. Pia pernah meminta Ena dibawa kembali ke rumah karena dia tahu Ena sering dipukuli anak-anak Om Mus, namun ibu menolak permintaannya.
 Pia jadi dilema. Dia tahu adiknya tidak pernah merasa aman di rumah om mereka tapi dia tidak bisa berbuat apa-apa. Terkadang dia juga kewalahan menghadapi tingkah ibu, namun dia tidak tega meninggalkan ibu sendirian walau nenek telah menawarkan tempat tinggal untuknya.
 Menurut Fatma, keadaan ibu dipicu oleh paksaan keluarga agar ibu menikah dengan ayah. Sedangkan ibu mencintai laki-laki yang lain. Sudah sering ibu diterapi namun ibu tidak kunjung sembuh. Malah menjadi-jadi.
 Kepergian ibu yang terakhir setelah dia menggorok leher Olio, si pudel pemberian Pak Nana, tetangga mereka. Setelah itu Ibu tidak pernah kembali. Ena menengok Pia hanya sekali sebelum Ena ditemukan tenggelam di kolam rumah Om Mus. Itu terjadi tujuh tahun yang lalu.
 Cerpen Rahasia Selma sendiri mengisahkan Selma yang (juga) kesepian seperti Pia. Selma tinggal berdua dengan ibunya. Ayahnya hanya pulang satu kali sebulan. Ibu tidak mengizinkannya berkumpul dengan teman-temannya karena menurut ibu orang tua teman-temannya suka bergunjing. Untuk mengatasi kesepian Selma, ibu mengizinkannya memelihara kura-kura. Bukan hanya seekor tapi ribuan.
 Suatu kali mereka liburan berdua. Mereka tinggal di sebuah penginapan. Liburan ini dimanfaatkan ibu untuk membuat lukisan Selma yang duduk di atas sofa, dikelilingi ribuan kura-kura. Selma jadi merasa memiliki teman.
  Di belakang penginapan ada sebuah lembah. Selma sangat ingin ke sana. Di lembah berkabut itu terdapat rumah-rumah kayu yang sunyi. Setiap rumah memiliki nama seperti nama manusia seperti Wilhelmus, Helena dll. Menurut Bu Lasya, pemilik penginapan, perumahan itu dihuni oleh orang-orang Belanda. Entah apa profesi mereka. Setelah sekian lama mengintai, Selma tidak pernah melihat ada orang yang melewati jalan dekat lembah. Mau ke lembah ataupun kembali dari lembah.
 Satu-satunya orang yang pernah melewati jalan itu adalah Pak Suhana, pegawai penginapan. Ia menjenguk saudaranya yang menjadi koki di rumah lembah. Di jalan Pak Suhana menemukan kura-kura di dekat lembah. Kura-kura itu dimasukkan lagi ke kolam di lobi penginapan. Tapi  seminggu kemudian kura-kura itu hilang lagi dan tidak ditemukan. Pak Suhana sedih, takut dimarahi Bu Lasya.
 Membantu Pak Suhana mencari kura-kura adalah alasan Selma untuk mengetahui tentang kehidupan di lembah. Namun ibu dan Bu Lasya melarangnya ke sana. Selma pun pergi dengan mengendap-endap.
 Di tengah pemukiman di lembah, Selma menemukan sebuah jurang yang di dalamnya terdapat miniature sebuah kota; rumah-rumah, gedung-gedung, lapangan sepak bola, menara radio, pohon-pohon dan jalan-jalan. Dari atas jurang nampak seperti sebuah kota yang tenang.
 Pada cerpen Rahasia Selma ini, Linda menceritakan banyak hal tanpa lepas pada pokok bahasan; Selma. Linda menuturkan isi dinding facebook ibu Selma, tentang Kang Somat yang sering mengasih Selma mawar (yang selalu mengingatkan Selma pada wangi parfum nenek), tentang kebiasaan ibu merias bibirnya dengan garis serupa busur yang pernah ditulis Selma dalam pelajaran mengarang dan mendapat applaus dari guru bahasanya.
 Selma adalah sosok yang lincah dan suka memperhatikan hal-hal di sekelilingnya. Selma sempat berdebat dengan dirinya saat membaca nama rumah kedua. Helena atau Helene. Kabut menghalangi pandangannya. Ketika berlari-lari menuruni jalan di lembah, dia ingat pelajaran olah raga yang tidak disukainya.  Terlebih Pak Minto, guru olah raga yang gemar mencubit perut dan pantatnya tanpa sebab. Bahkan Pak Minto juga pernah mencubit-cubit muridnya yang mengakibatkan orang tua murid tersebut mengamuk di kantor guru. Pak Minto menjadi pendiam setelah itu. Namun Selma tetap tidak menyukai pelajaran olah raga.
 Drama; menceritakan seorang laki-laki yang bertugas sebagai ‘penasehat’. Penasehat hukum bagi seseorang yang ingin tahu tentang hak asasi. Seseorang yang tinggal di hutan bersama-sama kawan-kawannya – atau mungkin bawahannya- yang mengantongi senjata dengan jenis AK 47.
 Aku juga seorang perancang drama. Ia suka mempelajari trik-trik baru dengan menonton pertunjukan-pertunjukan di seluruh dunia. Ia pernah menjadi juru bisik yang duduk di samping perdana mentri. Profesi ini sering membuatnya merasa tidak aman. Dia sering khawatir kalau-kalau rumahnya dipasangi alat penyadap.
 Tugas yang paling membuatnya  puas adalah saat merancang drama perundingan.  Dia berhasil menyulap seorang penjual obat menjadi juru runding. Juru runding menyeberang ke pihak musuh. Dua minggu kemudian penjual obat itu muncul di televisi, “ Saya menyerahkan diri secara suka rela dan mengakui apa yang saya lakukan salah.”
 Cerpen ini seperti sindiran. Drama! Mengingatkan kita pada tayangan televisi yang kita tonton sehari-hari.
 Cerpen Para Pencerita mengisahkan Fahmi, anak bungsu  dari empat bersaudara yang selalu merindukan keluarganya yang gemar bercerita. Mereka adalah ibu, bibi, Wak Nur, dua orang kakaknya; Cut Nas dan Cut Rum. Hingga dewasa Fahmi sering mengulang-ulang kenangan tersebut. Dari hal-hal serius yang dibicarakan wanita dewasa sampai hal yang konyol seperti kutu-kutu yang berkembang biak di kepala Fahmi yang berasal dari kepala para pencerita itu.
Yang paling menonjol dalam cerita tersebut adalah kekontrasan rumah tangga ibu dengan Cut Nas. Ayah Fahmi seorang laki-laki yang gemar kawin. Jumlah istrinya sama dengan jumlah anak ayam dalam kandang mereka; selusin.  Ayah suka pergi dan pulang sesuka hati. Ibu menghidupi mereka dengan menjual penganan. Termasuk untuk biaya kuliyah Bang Hasril di Amerika. Bang Hasril adalah kakak sulung Fahmi yang kuliah dan kerja di Amerika namun tidak pernah pulang lagi setelah menikah dengan gadis kampung. Namun ketidakbertanggungjawaban ayah tidak memberi efek apapun pada ibu. Ibu hanya diam. 
Cut Nas berbeda dengan ibu. Ayah memaksanya menikah dengan Teuku Abas, duda kaya beranak satu. Teuku Abas memiliki kegemaran berselingkuh. Kata-kata cerai sering muncul dalam rumah tangga mereka karena kebiasaaannya itu. Namun mereka tetap bersama hingga memiliki  tujuh orang anak. Sangat aneh menurut Fahmi.
Setelah berkali-kali memburu simpanan suaminya, Cut Nas  memutuskan menuntaskan  sakit hatinya dengan caranya sendiri. Suatu malam dengan pakaian hitam dia mengendap-endap ke losmennya. Dia  menghabisi suaminya di depan simpanan suaminya yang meringkuk di sudut.
Seiring perjalannan waktu, satu persatu para pencerita meninggalkan Fahmi. Ibu dan Wak Nur  telah meninggal, bibi tidak pernah kembali, Cut Nas pindah ke kota lain, Cut Rum  ikut suaminya ke Jakarta. Namun setiap kali Fahmi berkunjung ke rumah tua peninggalan orang tuanya, dia masih sering membayangkan para pencerita tersebut duduk berkumpul di atas ranjang besar  yang dulu sering mereka gunakan.
Cerpen-cerpen yang terkumpul dalam  buku terbitan Gramedia, April 2010 ini akan membawa pembaca menyusuri berbagai kemungkinan dari hal-hal yang “sering kita abaikan”. Hal-hal yang jarang kita temui tentang hubungan  individu akan kita temukan di sini. Imajinasi Linda memang liar namun  terkendali. Kemampuan Linda membebaskan tokoh-tokohnya  dari doktrin, mitos ataupun kesunyian sukses membuat kita terpukau.
     
      Juni 2010.
      
      * * *