Judul buku : Pelangi Itu Indah
Penulis : Yoyon
Indra Joni
Tahun terbit : Februari 2013
Penerbit : Diva
Press,
Jogjakarta
Jumlah halaman : 384 halaman
ISBN : 978-602-7665-55-2
MEMAKNAI
CINTA, PERSAHABATAN DAN MASA DEPAN DALAM PELANGI ITU INDAH
Asrul dituntut
segera wisuda oleh neneknya. Tuntutan itu membuatnya hengkang dari grup band
Excellent yang didirikannya. Anehnya, band tersebut justru makin bersinar
setelah ditinggalkannya dan berganti nama menjadi Rambun Pamenan.
Selama kuliyah
Asrul tidak pernah membuka hati pada wanita. Dia masih dibayang-bayangi Laura,
kekasihnya semasa SMA. Tetapi di luar kendalinya dia malah ditaksir Dian yang
menjadi incaran sahabatnya, Awal. Hal ini membuat persahabatan Asrul dan Awal
menjadi kurang harmonis.
Dalam situasi demikian,
Ikal yang baru lulus S1 Biologi di UGM datang ke Padang. Bersama Asrul, Awal,
Rizal, dia membuka Bimbingan Belajar (Bimbel) Prima Intelektual Muda.
Semenjak awal
berdirinya bimbel, ujian demi ujian tidak berhenti mendatangi mereka. Hari
pertama pembukaan bimbel gagal (padahal sudah mengundang band Rambun Pemenan
yang sedang top) karena demo. Hari berikutnya Asrul dan kawan-kawan malah masuk
penjara. Hingga akhirnya bimbel itu harus menyerah pada keadaan ketika gema
melanda. Bangunannya roboh. Dan mereka tidak memiliki dana lagi untuk
membangunnya.
Sementara itu Dian
semakin terang-terangan menunjukkan rasa sukanya pada Asrul. Sedangkan Asrul
malah tertarik pada Wulan, teman Dian.
Pada akhirnya
Asrul, Awal dan Rizal menjadi guru berkat AKTA IV mereka. Sedangkan Ikal yang
terang-terangan menolak S-2 ke luar negeri demi mengabdi pada negeri sendiri
membuka ladang gambir di kampungnya.
Tema yang diangkat
novel ini sebenarnya menarik. Hanya saja konfliknya tidak tajam. Cinta masa
lalu yang dikatakan membelenggu Asrul juga tidak jelas gambarannya. Tokoh-tokoh
orang dalam novel ini hanya mengungkapkan kalau Asrul adalah orang yang
berdarah-darah karena cinta tersebut. Bahkan sang cinta lama tersebut baru
diungkapkan pada bab 10. Namanya Laura.
“Ya, dia sudah
menikah. Aku ulangi lagi. Laura sudah menikah.kini, ia sudah di Belanda. Jangan
salahkan siapa-siapa. Artinya, ia bukan jodohmu...” (hal. 191)
Selain Laura, ada
nama Rena yang saya temukan sebanyak tiga kali dalam novel ini. Saya menebak,
Rena juga masa lalu Asrul. Tak ada penjelasan dan gambaran pasti tentangnya.
Rena hadir dalam
kilasan-kilasan ini;
Kemudian,
perhitungan lain yang fatal adalah aku terlalau larut dalam pikiran akan
hilangnya seseorang yang sudah mengubah makna cinta itu, Rena. Sehingga aku
tidak berdaya. (hal. 231)
Aku tidak akan
mengulangi kesalahan yang sama. Dulu, bertahun-tahun berlalu, aku larut dalam
bentuk kesalahan yang hampir sama. Aku tidak tegas. Rena. Itulah kesalahanku.
(hal. 339)
Hal yang agak
mengganggu saya dari novel ini adalah adanya pengulangan-pengulangan kalimat.
Pernyataan bahwa Asrul tengah berdarah-darah karena cinta lama sangat mudah
ditemui. Diungkapkan dengan susunan kata yang nyaris sama. Kalimat ini seperti
kalimat wajib dalam percakapan tokoh-tokohnya. Dalam novel ini juga banyak
devinisi cinta versi masing-masing tokoh yang diuraikan dengan panjang lebar.
Selain itu, Asrul cs sepakat menolak seorang calon siswa bimbel yang bernama
Mardian Shaliha. Alasannya karena Awal sangat sensitif dengan segala hal berbau
‘Dian’. Menurut saya ini berlebihan mengingat mereka adalah kaum intelek dan
butuh siswa untuk bimbel yang baru didirikan.
Yang
membuat saya mengacungkan jempol pada novel karangan Yoyon Indra Joni ini
adalah semangat dan perjuangan Asrul cs untuk mempertahankan bimbel. Ikal
menjadi tukang ampelas besi dari pagi sampai petang. Asrul mengajar di tempat
yang cukup jauh dari kos mereka. Awal menjadi tukang cuci piring.
Penghasilannya mereka gunakan untuk membiayai bimbel Prima Intelektual Muda.***
Ket: telah dimuat di Majalah Sagang, Desember 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar