Judul buku : Chubby
Penulis : Alzena Fazi
Tahun terbit : Maret 2014
Penerbit : Pustaka Nusantara
Jumlah halaman : 193 halaman
ISBN : 978-602-7645-28-8
Oleh: Zurnila Emhar Ch
Chubby
merupakan novel perdana Alzena Fayi. Kendati demikian, persoalan yang
diketengahkan dalam novel ini tidaklah sederhana. Hubungan antar tokoh saling silang
sengkarut. Dengan bahasa yang ringan, Chubby berhasil mengiring pembaca untuk
terus penasaran.
Novel ini menceritakan
perjalanan hidup Nazrina Farkha dalam yang mengidap niktophobia belajar untuk
memaafkan dan mengobati trauma masa lalunya.
Suatu malam Nazrina kecil
menyaksikan pembunuhan yang terjadi pada mama dan neneknya. Malam itu pula
Nazrina mengetahui siapa ayah kandungnya. Kenyataaan yang sulit untuk
diterimanya itu meninggalkan duka yang berujung trauma.
Tidak ada yang tahu
kejadian sebenarnya selain Nazrina. Dia menyimpan sendiri rahasia hidupnya
tersebut sekalipun sejak malam itu dia kerap dihantui mimpi buruk.
Sejak meninggalnya mama
dan nenek, Nazrina meneruskan hidup berdua dengan Rangga, abangnya yang nomor
dua. Sedangkan Denny, kakak pertamanya menghilang entah ke mana.
Selain Nazrina, tokoh
utama lainnya adalah Gilang, teman sekolahnya. Gilang yang semula usil lambat
laun mulai menyukainya. Begitu juga dengan Nazrina. Sekalipun dia dekat dengan
Glen, namun perasaannya terhadap Gilang justru terus berkembang. Sering dia
merindukan keisengannya Gilang yang kerap membuatnya marah.
Kedekatan yang terjalin di
antara mereka membuat Nazrina mempercayakan rahasia hidupnya pada Gilang. Beban
berat yang dipikul Nazrina sendirian membuat Gilang ingin selalu melindunginya.
Ketika Rangga keluar dari
panti rehabilitasi, Nazrina mendapati Denny juga ada di situ. Ketakutan dan
benci bercampur aduk menghinggapinya. Nazrina tidak lagi berharap akan bertemu
lagi dengan Denny.
Dengan segera Nazrina berlari menjauh dari orang-orang
tersayangnya. Ia tidak peduli pada teriakan Glen atau abangnya. Yang jelas
dalam pikirannya kini, ia ingin berlari terus. Bahkan sangat jauh. (hal.60)
Kehadiran Denny kembali
dalam kehidupannya dan Rangga sangat mengganggu Nazrina. Mimpi-mimpi buruk
makin sering mendatanginya. Bujukan Rangga yang memintanya untuk memafkan Denny
tak digubris. Rangga tidak mengerti kenapa Nazrina sangat membenci kakak
pertamanya tersebut.
Membaca Chubby seperti mengurai benang yang
teramat kusut. Ketika Denny mendatangi Nazrina untuk meminta maaf yang ke
sekian kalinya, Rangga menguping pembicaraan mereka. Sesuatu yang tak pernah
terpikirkan oleh Rangga didengarnya langsung dari mulut adiknya. Nazrina
membenci Denny bukan karena kepergiannya seperti yang diduga Rangga selama ini.
Nazrina tahu bahwa Dennylah yang telah membunuh mama dan nenek. Dan Denny juga
merupakan ayah kandung Nazrina. Kakak tertuanya yang telah memperkosa ibunya
hingga hamil. (hal. 93-94)
Rangga yang tidak pernah
tahu tentang rahasia yang disimpan Nazrina sejak kecil merasa bingung. Sulitnya
baginya menerima apa yang diceritakan adiknya. Ketika dia pergi menenangkan
diri, Rangga mengalami kecelakaan dan meninggal. Nazrina depresi akut dan
dirawat di rumah sakit jiwa.
Denny pun tak kalah merasa
bersalah pada keluarganya. Apalagi Gilang telah mengetahui rahasia masa lalunya
dari Nazrina. Gilang tidak lain adalah adik Eky, perempuan yang dinikahinya
dalam upaya memperbaiki diri setelah membunuh mama.
Novel ini ditutup dengan
kesembuhan Nazrina dan kesempatannya kuliyah di Brasil. Ketika pulang ke
Indonesia Nazrina mendapati Gilang telah menikah dengan Fanny, sahabatnya
semasa SMA. Glen juga telah menikah dengan gadis Indonesia. Tidak dijelaskan
bagaimana akhir kisah cinta Nazrina.
Beberapa hal yang agak
mengganggu dalam novel ini adalah bahasanya yang bercampur-campur. Tidak sepenuhnya
gaul, apalagi baku. Padahal tema yang diangkat cukup rumit. Dan Nazrina yang depresi akut setelah kematian Rangga hanya
dirawat dua hari di rumah sakit jiwa. Rasanya waktu ini terlalu pendek untuk
kesembuhan sebuah trauma. Apalagi Nazrina langsung berkenan memaafkan Denny setelah itu.
Hal lainnya adalah
penulisan kutipan-kutipan ayat alquran sejak bab ke dua belas yang cukup
banyak. Kutipan-kutipan ini tidak seimbang dengan puisi-puisi cinta yang telah
ada sejak bab pertama. Selain itu, dengan perbaikan EYD tentu novel ini akan
lebih baik.*
Telah dimuat di Harian Singgalang, 7 September 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar