Selasa, 09 September 2014

Chubby: Niktophobia dan Cinta



Judul buku            :  Chubby
Penulis                   :  Alzena Fazi
Tahun terbit           : Maret 2014
Penerbit                 :  Pustaka Nusantara
Jumlah halaman     : 193  halaman
ISBN                     : 978-602-7645-28-8
                                                 



Oleh: Zurnila Emhar Ch

Chubby merupakan novel perdana Alzena Fayi. Kendati demikian, persoalan yang diketengahkan dalam novel ini tidaklah sederhana. Hubungan antar tokoh saling silang sengkarut. Dengan bahasa yang ringan, Chubby berhasil mengiring pembaca untuk terus penasaran.
Novel ini menceritakan perjalanan hidup Nazrina Farkha dalam yang mengidap niktophobia belajar untuk memaafkan dan mengobati trauma masa lalunya.
Suatu malam Nazrina kecil menyaksikan pembunuhan yang terjadi pada mama dan neneknya. Malam itu pula Nazrina mengetahui siapa ayah kandungnya. Kenyataaan yang sulit untuk diterimanya itu meninggalkan duka yang berujung trauma.
Tidak ada yang tahu kejadian sebenarnya selain Nazrina. Dia menyimpan sendiri rahasia hidupnya tersebut sekalipun sejak malam itu dia kerap dihantui mimpi buruk.
Sejak meninggalnya mama dan nenek, Nazrina meneruskan hidup berdua dengan Rangga, abangnya yang nomor dua. Sedangkan Denny, kakak pertamanya menghilang entah ke mana.
Selain Nazrina, tokoh utama lainnya adalah Gilang, teman sekolahnya. Gilang yang semula usil lambat laun mulai menyukainya. Begitu juga dengan Nazrina. Sekalipun dia dekat dengan Glen, namun perasaannya terhadap Gilang justru terus berkembang. Sering dia merindukan keisengannya Gilang yang kerap membuatnya marah.
Kedekatan yang terjalin di antara mereka membuat Nazrina mempercayakan rahasia hidupnya pada Gilang. Beban berat yang dipikul Nazrina sendirian membuat Gilang ingin selalu melindunginya.
Ketika Rangga keluar dari panti rehabilitasi, Nazrina mendapati Denny juga ada di situ. Ketakutan dan benci bercampur aduk menghinggapinya. Nazrina tidak lagi berharap akan bertemu lagi dengan Denny.
Dengan segera Nazrina berlari menjauh dari orang-orang tersayangnya. Ia tidak peduli pada teriakan Glen atau abangnya. Yang jelas dalam pikirannya kini, ia ingin berlari terus. Bahkan sangat jauh. (hal.60)
Kehadiran Denny kembali dalam kehidupannya dan Rangga sangat mengganggu Nazrina. Mimpi-mimpi buruk makin sering mendatanginya. Bujukan Rangga yang memintanya untuk memafkan Denny tak digubris. Rangga tidak mengerti kenapa Nazrina sangat membenci kakak pertamanya tersebut.
Membaca Chubby seperti mengurai benang yang teramat kusut. Ketika Denny mendatangi Nazrina untuk meminta maaf yang ke sekian kalinya, Rangga menguping pembicaraan mereka. Sesuatu yang tak pernah terpikirkan oleh Rangga didengarnya langsung dari mulut adiknya. Nazrina membenci Denny bukan karena kepergiannya seperti yang diduga Rangga selama ini. Nazrina tahu bahwa Dennylah yang telah membunuh mama dan nenek. Dan Denny juga merupakan ayah kandung Nazrina. Kakak tertuanya yang telah memperkosa ibunya hingga hamil. (hal. 93-94)
Rangga yang tidak pernah tahu tentang rahasia yang disimpan Nazrina sejak kecil merasa bingung. Sulitnya baginya menerima apa yang diceritakan adiknya. Ketika dia pergi menenangkan diri, Rangga mengalami kecelakaan dan meninggal. Nazrina depresi akut dan dirawat di rumah sakit jiwa.
Denny pun tak kalah merasa bersalah pada keluarganya. Apalagi Gilang telah mengetahui rahasia masa lalunya dari Nazrina. Gilang tidak lain adalah adik Eky, perempuan yang dinikahinya dalam upaya memperbaiki diri setelah membunuh mama.
Novel ini ditutup dengan kesembuhan Nazrina dan kesempatannya kuliyah di Brasil. Ketika pulang ke Indonesia Nazrina mendapati Gilang telah menikah dengan Fanny, sahabatnya semasa SMA. Glen juga telah menikah dengan gadis Indonesia. Tidak dijelaskan bagaimana akhir kisah cinta Nazrina.
Beberapa hal yang agak mengganggu dalam novel ini adalah bahasanya yang bercampur-campur. Tidak sepenuhnya gaul, apalagi baku. Padahal tema yang diangkat cukup rumit. Dan Nazrina yang depresi akut setelah kematian Rangga hanya dirawat dua hari di rumah sakit jiwa. Rasanya waktu ini terlalu pendek untuk kesembuhan sebuah trauma. Apalagi Nazrina langsung berkenan memaafkan Denny setelah itu.
Hal lainnya adalah penulisan kutipan-kutipan ayat alquran sejak bab ke dua belas yang cukup banyak. Kutipan-kutipan ini tidak seimbang dengan puisi-puisi cinta yang telah ada sejak bab pertama. Selain itu, dengan perbaikan EYD tentu novel ini akan lebih baik.*

 Telah dimuat di Harian Singgalang, 7 September 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar